Friday, August 3, 2012

sawarna runaway : realita


Enam jam terakhir di sawarna kami habiskan dengan baso dan tanjung layar. Tidak ada hubungan yang pasti di antara baso dan tanjung layar, tapi keduanya adalah sebuah pertanda akan seseorang yang akan saya temui dalam waktu beberapa jam lagi. Namanya, realita.

Setelah berpeluh keringat menjajal per-gua-an di barat sawarna, kami melanjutkan agenda dengan acara makan siang di pasar yang menjadi pusat peradaban desa sawarna. Saya sempat bernazar jika saya bertemu bakso maka saya akan beli dua (nazar ato laper?). Dan siang itu apa yang saya idam-idamkan terjadi juga. Kami akhirnya menemukan rumah makan yang menyediakan fitur bakso sebagai menu utamanya. Mungkin hanya segelintir saja yang tahu bahwa saya adalah penggemar bakso, terutama di daerah-daerah pesisir. Mengapa? Karena cita rasa dari adonan daging berkuah yang mereka buat masih asli, tanpa fitur-fitur tambahan seperti pengawet dan eksperimen rasa. Bandingkan dengan bakso bandung yang kini mulai berisi macam-macam bahan dapur: bakso keju, bakso jagung, bahkan bakso cabe rawit. Hilang sudah filosofi bakso daging dan bakso urat. Apa yang dipertahankan nenek moyang kita selama beberapa generasi mulai terkikis dan terlupakan. Apakah ini pertanda akan kemerosotan bakso moral?

Setelah berpuas diri dengan bakso dan es pisang cokelat, kami melanjutkan petualangan ke tujuan akhir kami di desa sawarna, tanjung layar. Sesuai namanya, tanjung layar memiliki bentuk yang unik yang mungkin tak ado duanyo di indonesia #cmiiw. Pada bagian ujung tanjung, terdapat sebuah karang besar yang berdiri tegak menantang samudra yang bentuknya menyerupai layar. Karang ini dikelilingi oleh gugusan karang yang lebih kecil yang menahan ombak sehingga melindungi karang besar dan daratan di belakangnya. Sensasi mengunjungi tanjung layar adalah LUAR BIASA karena di sini kalian akan menemukan arti mengayomi yang sesungguhnya, yang ditunjukkan oleh gugusan karang tersebut. Total. Ikhlas. Kadang kita hanya mempercayai bentuk perlindungan sesuai dengan apa yang kita lihat. Padahal kita tidak tahu, bahwa di luar sana terdapat pelindung yang selalu menjaga kita, a silent guardian, a watchful protector. Dia adalah batman.



hagu-chan
mind controller, in her way

Y.O.L.O
dua bakso tidak cukup

Dan inilah akhir perjalanan dari usaha saya menjejak sawarna. Ujung tindakan impulsif saya, yang didorong oleh keinginan melupakan realitas bandung meskipun hanya sejenak. Dan malam itu kami membungkus diri (baca: packing) untuk kembali ke ibukota priangan. Berat bagi kami rasanya untuk berpisah dengan keluarga pak wanda. Meskipun baru satu malam mengenal mereka, tapi rasanya sudah seperti keluarga sendiri. Makan bareng. Tidur bareng #loh. Ah, begitu dekat dan harmonis. Tapi realita tidak pernah pergi kemana-mana, ia berdiri diam, menunggu kita kembali. Dia yang akan kami temui begitu menapaki bandung. Realita akan hidup. Realita akan nasib. Dan realita akan masa depan.


bersama keluarga pak wanda

Oke. Berakhir sudah rangkaian cerita lawatan sawarna yang selama beberapa minggu ini mengisi blog saya. Bosen ya? Hihihi. Maaf ya :3

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada alida sebagai EO utama acara ini. Kami gak tau harus ngapain kalo gak ada kamu #naooon. Mari kita doakan semoga beliau dilancarkan urusan akademiknya. Semoga senantiasa selalu dilindungi jika beneran ngambil ujian sim B. Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada zarzen dan mas ganteng zamzam atas EOS 40D nya :D

Sepatah kata terakhir dari saya,
Samlekum!

tampak lebih kurus
efek shadow :3

sawarna's team
mirna-gustaf-ade-reni-willy-alida

photo source || it's yogas' !

2 comments:

  1. mantap mas yogas tulisan sama fotonya !

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihiy
      makasih nox

      uwow! aku baru tau kamu punya wordpress :) #brbfollow

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...